Daftar Menu


video pembelajaran

Jumat, 07 Juni 2024

Contoh Anava dua jalan dengan sel tak sama

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Tempat dan Waktu Penelitian

1.      Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP/ MTs Muhammadiyah se- Kota Surakarta dengan subyek penelitian siswa kelas VII reguler semester 2 tahun ajaran 2016/2017.

2.      Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 dengan tahapan sebagai berikut.

a.       Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan terdiri atas pengajuan judul penelitian,penyusunan prosposal penelitian, seminar proposal penelitian dan penyusunan instrumen penelitian. Tahap ini akan dilakukan pada bulan Juni 2016 sampai Januari 2017

b.      Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi sampling, pengajuan ijin penelitian, uji coba instrumen, uji normalitas dan homogenitas, eksperimen dan pengumpulan data. Tahap ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai April 2017.

c.       Tahap Analisis Data

Analisis data penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai dengan Mei  2017

d.      Tahap Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan penelitian akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan analisis data, yaitu pada bulan Mei 2017 sampai dengan Juni 2017.

 

 

 

B.     Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi experimental) karena tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2009: 82) “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe  TPS berbasis AfL yang dikenakan terhadap kelas eksperimen 1, model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dikenakan terhadap kelas eksperimen 2 dan model pembelajaran langsung yang dikenakan terhadap kelas kontrol. Sedangkan variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat adalah karakteristik cara berpikir siswa. Dari masing-masing kelompok diatas yaitu eksperimen dan kontrol terdiri dari empat kelompok siswa yaitu sekuensial konkrit (SK), sekuensial abstrak (SA), acak konkrit (AK) dan acak abstrak (AA). Desain penelitian ini adalah desai faktorial 3x4 yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Faktorial Penelitian

 

Karakteristik Cara Berpikir (B)

SK

SA

AK

AA

(b1)

(b 2)

(b 3)

(b 4)

Model Pembelajaran (a)

Kooperatif Tipe TPS berbasis AfL (a1)

(ab)11

(ab)12

(ab)13

(ab)14

Kooperatif tipe TPS (a2)

(ab)21

(ab)22

(ab)23

(ab)24

Langsung (a 3)

(ab)31

(ab)32

(ab)33

(ab)34

Keterangan :

abij       : prestasi siswa yang dikenai model pembelajaran ke-ai dengan karakteristik cara berpikir tipe ke-bj    

Setelah perlakuan, ketiga kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika. Hasil pengukuran tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji statistik yang digunakan. Sebelum dilakukan analisis, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai variansi yang sama atau tidak.

 

C.    Populasi, Sampel dan Sampling

1.      Populasi

Menurut Sugiyono (2010: 61), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP/MTs Muhammadiyah se-Kota Surakarta tahun ajaran 2016/2017 yang menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2.      Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 62), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian pendidikan biasanya bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berkenaan dengan sekelompok besar individu dengan mempelajari melalui kelompok yang lebih kecil jumlahnya. Kelompok kecil yang diamati disebut sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dari 3 sekolah yang terbagi dalam tiga kategori. Dasar pengelompokan ini adalah nilai rata-rata matematika pada Ujian Nasional SMP/MTs Muhammadiyah Kota Surakarta tahun pelajaran 2015/2016.

3.      Sampling

Sampling adalah prosedur atau langkah-langkah penentuan sampel (Sukmadinata, 2006:266). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Menurut Budiyono (2003: 37) Sampling random stratifikasi, populasi dibagi menurut strata-strata, kemudian strata-strata tersebut ditarik anggota sampel secara random dari sub populasinya, sedangkan sampling random kluster adalah sampling random yang dikenakan berturut-turut terhadap unit-unit atau sub-sub populasi (kluster). Pengambilan sampel dengan cara ini, kluster-kluster dianggap homogen dan untuk kluster yang dipilih, maka setiap anggota dari kluster itu dipilih sebagai anggota sampel. Dalam penelitian ini tahapan yang dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu populasi diabgi menjadi tiga golongan berdasarkan pada nilai rata-rata UN mata pelajaran Matematika tahun ajaran 2015/2016. Pembagian kategori tingkatan sekolah tersebut berdasar ketentuan bahwa:

a.         Kelompok tinggi jika nilai matematika siswa pada UN tahun pelajaran 2015/2016 untuk sekolah tersebut lebih dari rata-rata ( ) ditambah setengah simpangan baku ( ) dari nilai matematika seluruh sekolah SMP/MTs Muhammadiyah se-Kota Surakarta.

b.        Kelompok sedang jika nilai matematika siswa pada UN tahun pelajaran 2015/2016 untuk sekolah tersebut lebih dari atau sama dengan rata-rata ( ) dikurangi 0,5 simpangan baku ( ) dan kurang dari atau sama dengan rata-rata ( ) ditambah 0,5 simpangan baku ( ) dari nilai matematika seluruh sekolah SMP/MTs Muhammadiyah se-Kota Surakarta.

c.         Kelompok rendah jika nilai matematika siswa pada UN tahun pelajaran 2015/2016 untuk sekolah tersebut kurang dari rata-rata ( ) dikurangi 0,5 simpangan baku ( ) dari nilai matematika seluruh sekolah SMP/MTs Muhammadiyah se-Kota Surakarta.

Selanjutnya dari masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu 1 sekolah dari kelompok atas, 1 sekolah kelompok sedang dan 1 sekolah kelompok bawah. Dari sekolah yang terpilih kemudian diambil tiga kelas VII secara acak untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen satu,kelompok eksperimen dua dan kelompok kontrol.

 

 

D.    Teknik Pengumpulan Data

1.      Variabel penelitian

Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a.       Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa

1)      Definisi operasional : prestasi belajar matematika adalah penilaian hasil usaha yang dicapai siswa dalam mengerjakan atau mengikuti pelajaran matematika yang menimbulkan perubahan diri berupa kemampuan mentransformasi informasi yang ditunjukkan dengan hasil yang berupa nilai.

2)      Indikator : nilai tes matematika pada materi Segiempat

3)      Skala pengukuran : Interval

4)      Simbol : aibj dimana i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3, 4

b.      Variabel bebas

1)      Model pembelajaran

a)    Definisi Operasional: suatu prosedur sistematis dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b)   Indikator: langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran.

c)    Skala pengukuran : skala nominal

d)   Simbol: ai dengan i = 1, 2, 3

2)      Karakteristik Cara Berpikir Siswa

a)    Definisi Operasional: Cara-cara yang dikembangkan oleh masing-masing siswa sesuai dengan diri dan kemampuan yang ada pada diri siswa sebagai hasil dari pembawaan serta lingkungan sekitar dalam menentukan keberhasilannya.

b)   Indikator : banyaknya pilihan jawaban siswa pada masing-masing kolom pada angket karakteristik cara berpikir siswa

c)    Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah menjadi skala nominal yang dibagi menjadi empat tipe yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak. Penggolongan karakteristik cara berpikir siswa berdasarkan kecenderungan skor tertinggi pada tipe yang sesuai. Siswa yang mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat dua tipe yang memiliki skor tertinggi maka siswa tersebut tidak tergolong tipe yang manapun.

d)   Simbol: bj dimana j = 1, 2, 3, 4

 

2.      Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu metode tes, metode angket, dan metode dokumentasi.

a.       Metode Tes

Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data atau mengukur prestasi belajar matematika pada pokok Segiempat . Adapun prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1)      Menentukan materi yang akan digunakan untuk membuat soal

2)      Menentukan bentuk soal yang akan dibuat yaitu obyektif

3)      Menyusun tabel kisi-kisi soal tes

4)      Menjabarkan kisi-kisi dalam bentuk butir-butir soal

5)      Prosedur pemberian skor untuk jawban tes sebagi berikut: benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0

6)      Ujicoba tes

b.      Metode Angket

Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik berpikir siswa. Angket yang digunakan berupa angket baku yang diberikan kepada subyek penelitian yang diadopsi dari suatu angket tentang karakteristik cara berpikir siswa yang dibuat oleh John Park Le Teler (dalam De Potter dan Hernacki, 2011: 124)

c.       Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperoleh data siswa dan nilai rata-rata Ujian Nasional matematika tahun pelajaran 2015/2016 yang digunakan untuk mengetahui kategori sekolah. Serta nilai UAS semester gasal pada kelas VII tahun ajar 2016/2017 untuk mata pelajaran matematika, yang digunakan untuk menguji keseimbangan data.



D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir dirumuskan hipotesis penelitian  sebagai berikut :

1.        Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis AfL menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe TPS dna model pembelajaran langsung. Sementara itu, model pembelajaran kooperatif tipe TPS menghasilkan presatasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung.

2.        Siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial abstrak (SA) dan tipe acak konkrit (AA) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK) dan tipe acak abstrak (AK). Sementara itu, sedangkan siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak (SA) menghasilkan prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe acak konkret (AA). Sedangkan siswa yang memilki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK) menghasikan prestasi yang sama baiknya dengan siswa yang memiliki karakteristik siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe acak abstrak (AK).

3.        Hipotesis penelitian pada masing-masing karakteristik cara berpikir

a)    Pada karakteristik cara berpikir siswa tipe sekuensial konkrit (SK) prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL lebih baik dari pada model pembelajaran TPS dan langsung. Serta prestasi siswa yang diberi model pembelajaran TPS lebih baik dari pada model langsung.

b)   Pada karakteristik cara berpikir tipe sekuensial abstrak (SA) prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL dan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada langsung. Sedangkan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL sama baiknya dengan model pembelajaran TPS.

c)    Pada karakteristik acak konkrit (AK) prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL, model pembelajaran TPS dan model langsung sama baiknya

d)   Pada karakteristik acak abstrak (AA) prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL dan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada langsung. Sedangkan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TPS berbasis AfL sama baiknya dengan model pembelajaran TPS.

4.        Hipotesis penelitian pada masing-masing model pembelajaran

a)    Pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis AfL, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak (SA) sama baiknya dengan tipe acak konkret (AA) dan prestasi belajar matematika siswa yang memilki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK) sama baiknya dengan tipe acak abstrak (AK) dan acak konkret (AA) lebih baik dari pada siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe acak abstrak (AA) dan sekuensial konkret (SK). Sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak (SA) sama baiknya dengan tipe acak konkret (AA) dan prestasi belajar matematika siswa yang memilki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SK) sama baiknya dengan tipe acak abstrak (AK)

b)   Pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir sekuensial abstrak (SA) dan sekuensial konkrit (SK) lebih baik dengan tipe acak konkret (AA), prestasi belajar matematika siswa yang memilki karakteristik cara berpikir tipe sekuensial konkret (SA) sekuensial konkrit (SK) lebih baik dengan tipe acak abstrak (AK) dan siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir SA sama baiknya dengan siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir tipe SK.

c). Pada model pembelajaran langsung, prestasi belajar siswa yang memiliki karateristik cara berpikir tipe sekuensial abstrak (SA) lebih baik dari pada siswa dengan karakteristik cara berpikir sekuensial konkrit (SK), acak konkrit (AK) dan acak abstrak (AA). Siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir sekuensial konkrit (SK) sama baiknya dengan siswa yang memiliki karakteristik cara berpikir acak konkrit (AK) dan acak abstrak (AA).




Berikut ini data penelitian yang sudah didapat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Meninggalkan Pesan