Daftar Menu


video pembelajaran

Selasa, 06 Agustus 2013

PERENCANAAN USAHA MULAI DARI Modal dan Peluang Usaha



A.  Modal dan Peluang Usaha
          Pada tahun 1986 bapak sono dan ibu atun memulai usaha dengan berternak ayam petelur. Pada saat itu modal awal mereka adalah 200.000 rupiah, mereka lalu membeli ayam sebanyak 100 ekor, pakan ternak, membangun kandang ayam sendiri. Tak lama ayam itu cepat berkembang biak dan merekapun menjualnya kewarung-warung kelontong. Untuk memasarkannya mereka hanya menaiki sepeda motor yang jelek dan sering macet, tetapi semua itu tidak mengurangi rasa semangat mereka yang begitu besar.
          Selain sebagai peternak ayam merekapun juga mempunyai sawah walaupun cuma seperempat hektar. Mereka bekerja dengan semangat setiap harinya. Dari bangun tidur sampai mau tidur mereka isi dengan bekerja. Pada malam hari pak sono dan istrinya membuat batu bata, hal ini mereka lakukan untuk mengisi istirahat. Sebenarnya mereka ingin memiliki rumah tembok karena rumah mereka saat itu masih gubuk.
          Pada tahun 1988 bapak Sono diterima menjadi PNS di kantor DEPNIKNAS dibagian tata usaha. Tetapi walaupun sudah menjadi PNS pak Sono tetap menjalankan usahanya sebagai peternak ayam dan kesawah. Pak Sono merasa jika hanya mengandalkan gaji pegawai negeri saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup,padahal saat itu pak sono baru mempunyai anak satu. Kehidupan mereka seperti ini, mereka tidak ingin anak mereka hidup kekurangan.
          Mereka setiap hari bekerja dan terus bekerja, mengumpulkan rupiah demi rupiah. Keuntungan yang sedikit mereka tabung karena mereka ingin membeli sebidang tanah. Kehiduan seperti itu mereka jalani selama 9 tahun. Akhirnya selama 9 tahun itu mereka bisa membeli sebidang tanah dan batu bata yang mereka buatpun sudah cukup untuk membuat rumah. Mereka ingin hidup lebih baik akhirnya mereka memutuskan pindah.
          Pada tahun 1993 mereka membeli tanah tetapi didesa lain, bapak Sono dan ibu Atun pindah dirumah barunya ini yang lingkungannya sangat strategis yaitu dekat sekolah. Dengan keterampilan ibu atun yang suka memasak maka ibu Atun mendirikan kantin sekolah tetapi letaknya diluar sekolah. Warung ibu Atun sangat ramai, setiap jam istirahat selalu penuh dengan anak-anak sekolah. Harga makanan sama dengan warung yang lain, tetapi kualitas dan rasa beda. Di tempat baru ini, bapak dan ibu atun juga tidak bermalas-malasan, mereka tetap pergi kesawah.
          Sepulang dari kantor pak sono dan bu Atun pergi kesawah. Walau sawah ini hanya seperempat tapi hasilnya lumayan untuk menambah tabungan dan biaya hidup sehari-hari. Di rumah ini bapak dan ibu atun walaupun hidupnya sudah lebih mapan merekapun tidak hidup boros. Mereka juga rajin menabung untuk masa depan. Sesuai prinsip mereka bahwa hari esok harus lebih baik dari sekarang. 
          Dirumah yang baru ini pak Sono menjadi peternak ikan lele dengan modal 500.000 rupiah dapat 2000 ekor dan 3 sak pakan lele dengan berat persaknya 50 kilogram. Dengan ternak lele ini tiap 3 bulan panen dengan hasil 1 kwintal dan dapat keuntungan 300.000 ribu.
          Pada akhirnya ternak lele kurang bagus karena  kurangnya masalah irigasi, serta warung ibu Atun yang tadinya ramai oleh anak sekolah, sekarang menjadi sepi karena gerbang sekolah sekarang ditutup maka anak-anakpun tidak bisa keluar dari sekolah.penutupan gerbang ini membuat para pedagang disekitar sekolah menjadi sepi. Penghasilan merekapun sekarang berkurang.
          Keadaan seperti ini membuat untuk mencari usaha lain lagi. Setelah lama pak sono bepikir, akhirnya pak sono memutuskan untuk pindah tempat lagi yang menurutnya strategis. Kebetulan rumah orang tuanya tidak ada yang menempati, rumah itu dekat pasar, dari tabungan berjualan disekolah dan ternak lele itu ditambah hasil panen dari sawah yang luasnya hanya seperempat hektar cukup untuk membeli perlengkapan dan merenovasi rumah lama tersebut menjadi sebuah warung. Pada saat itu uang pak sono terkumpul kurang lebih 12 juta rupiah. Uang itu diguanakan dengan rincian sebagai berikut:
1.     merenovasi rumah                                            Rp.7.000.000
2.     almari                                                               Rp.   300.000
3.     meja + kursi                                                     Rp. 1.500.000
4.     dandang mie ayam                                          Rp.    100.000
5.     dandang bakso                                                            Rp.    100.000
6.     kompor mie ayam                                            Rp.    125.000
7.     kompor bakso                                                             Rp.    100.000
8.     kompor gas                                                      Rp.     750.000
9.     gelas                                                                 Rp.      60.000
10. sendok + garpu                                                Rp.      36.000
11. panci + penggorengan                                     Rp.     200.000
12.  teko 2                                                              Rp.       75.000         
          Mulailah pada tahun 2004 mereka mendirikan usaha warung makan yang dinamakan ”WARUNG KADIPIRO”dengan berbagai menu yaitu:
MENU MAKANAN:
1.     SOTO DAGING SAPI
2.     BAKSO DAGING SAPI
3.     MIE AYAM
4.     NASI GORENG
5.     MIE GORENG
6.     MIE REBUS
7.     GADO - GADO
MUNU MINUMAN:
1.     ES BUAH
2.     ES TEH
3.     ES JERUK
4.     JUICE
5.     KOPI PANAS
6.     TEH HANGAT
7.     JERUK ANGET
          Setelah warung ini buka, seperti halnya warung yang lain yaitu sepi akan pengunjung tetapi warung inipun banyak dikunjungi oleh pembeli, karena letaknya yang strategis dan di pinggir jalan banyak akhirnya banyak orang yang tahu. Sedikit demi sedikit warung inipun dikenal oleh orang.
A.  Manajemen Usaha
          Warung kadipiro ini pada awalnya belum memiliki pekerja, tetapi bagi ibu Atun tidak masalah karena beliau memiliki tiga orang anak perempuan yang bisa membantunya. Tetapi pada akhirnya ketika ditinggal anaknya sekolah ibu atun merasa kerepotan sehingga dicarilah orang untuk membantunya memasak. Akhirnya mempunyai  karyawan satu orang.
          Warung ini buka setiap pagi jam 07.00- 20.00 WIB, menu soto diwarung bu Atun ini hanya pagi sampai jam 10.00 WIB saja. Setelah jam itu baru menu yang lainnya. Walaupun warung ini buka pagi tetapi mulai dipenuhi pembeli ketika sore hari sampai malam.Memang sangat capek dengan menu yang banyak sekali dan hanya dibantu tiga orang anak dan suaminya saja.
         Setelah berjalan 6 bulan berjalan, maka sesuai daya beli masyarakat dan apa yang dibutuhkan masyarakat warung ini yang tadinya menunya sangat lengkap sekarang hanya meminimalkan menu.  Dengan menu sekarang ini warung kadipiro ini buka jam 10.00 – 20.00 WIB.
Menu yang tersedia sekarang ini adalah:
1.      BAKSO
2.      MIE AYAM
3.      MIESO
4.      ES TEH
5.      ES JERUK
6.      TEH ANGET
7.      JERUK ANGET
8.      KOPI PANAS
B.  Mengatur kerja karyawan
          Warung ini hanya mempunyai satu orang karyawan, yang bernama mbak wiwit. Mbak wiwit hanya bertugas membantu di dapur, meringankan beban bu Atun memasak. Selain itu mbak wiwit sebagai pembantu rumah tangga yang membersihkan rumah. Mbak wiwit tidak membantu berjualan di warung karena tidak bisa membantu pekerjaan ibu Atun. Sebenarnya pekerjaan di warung ini lebih melelahkan dari pada memasak di dapur.
          Bu Atun pernah punya satu karyawan lagi, tetapi itupun tidak berjalan lama. Bu Atun juga sempat mengalami ganti – ganti karyawan. Jadi selain ada yang membantu didapur ada juga yang membantunya di warung. Tetapi karyawan itu kebanyakan tidak betah dengan berbagai alasan. Dari karyawan bu atun semuanya belum ada yang berpengalaman di warung mie ayam dan bakso.
          Pergantian karyawan ini membuat bu Atun menjadi malas untuk mencari karyawan baru lagi. Sehingga semuanya harus di tangani sendiri dan di bantu oleh ketiga anaknya. Warung bu Atun yang ramainya hanya pada waktu sore dan malam hari membuat bu Atun sangat senang karena pada waktu seperti itulah anak-anaknya dan suaminya ada dirumah.
          Anak bu Atun yang pertama membantu memasak mie dan bakso, anak kedua mendapat bagian menyiapkan mie dan bakso yang dibungkus. Anak ketiga yang melayani bagian minuman, sedangkan pak sono mempersiapkan air dan segala sesuatu kekurangan yang belum ada.
          Mereka bekerja dengan punuh semangat dan kesadaran masing-masing. Bu Atun mengajarkan anak-anaknya bekerja, berusaha memperlihatkan bahwa untuk hidup lebih baik yang mereka rasakan sekarang ini harus bekerja dengan tekun. Mereka hanya bermodal semangat dan keinginan yang tinggi agar hidup ini lebih baik. Mereka ingin jauh dari kemiskinan, bisa berbuat baik lebih banyak jika memiliki uang, sehingga dengan kata lain kesempatan berbuat menjadi orang yang tidak biasa saja lebih banyak.
          Hal ini telah terbukti, sekarang Pak Sono dan ibu Atun mempunyai kehidupan yang lebih baik. Dulu mereka hanya tinggal di sebuah gubuk yang reot, hanya mempunyai satu sepeda motor yang jelek usang, ketika makanpun masih memikirkan apa yang akan di makan besok. Apalagi ketika dulu ketika anak yang pertama suka sakit-sakitan, Bu Atunpun sampai menjual beras jatah untuk makan hari itu. Sekarang kehidupan keluaraga ini jauh lebih baik, sekarang pak sono bu Atun sudah mempunyai rumah, yang sekarang rumah itu dikontrakkan karena sekarang mereka tinggal di rumah orang tuanya yang sudah tidak di tempati karena orang tua pak sono sudah meninggal.
          Sekarang ini pak Sono juga mempunyai tiga buah sepeda dan sebuah mobil. Pak sono dan keluarga merasa sangat bersyukur atas kenikmatan dari Tuhan yang memberinya hidup seperti ini. Pak sono juga bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, pak sono dulu tidak bisa menyangka bahwa sampai bisa menyekolahkannya sampai perguruan tinggi. Pak Sono dan bu sono walaupun sibuk dengan usahanya mereka adalah orang tua yang sangat peduli dan perhatian kepada anaknya. Mereka mempunyai cita-cita menyekolahkan anak-anaknya sampai setinggi mungkin. Sekarang ini anaknya yang pertama hampair lulus sarjana, pak sono menginginkan agar anaknya melaunjutkan sampai S2.
C.  Pemasaran Usaha
          Sekarang ini, warung mie ayam dan bakso ”KADIPIRO” ini telah dikenal oleh banyak orang. Warung yang terletak di desa Kadipiro, kecamatan Sambirejo, kabupaten Sragen ini pemasarannya biasa-biasa saja, yaitu dari omongan orang ke orang. Banyak pelanggan warung ini yang berasal dari kecamatan yang bebeda, bahkan ada juga yang pelanggan yang rumahnya terletak di kabupaten jauh- jauh untuk membeli mie ayam dan bakso di warung ini. Warung kadipiro ini juga menerima pesanan.
          Dalam melayani pembeli bu Atun mengajarkan kepada anak-anaknya agar bersikap ramah tamah kepada pembeli. Setelah mendapatkan langganan modal bagi bu Atun adalah agar pelanggan itu tidak pindak yaitu yang paling penting adalah kebersihan, keramahan, dan rasa. Di sini yang di prioritaskan pertama kali adalah kebersihan., kebersihan di sini menyangkut kebersihan makanan dan tempat. Jika orang makan enak di tempat yang enakpun tetapi tempatnya kotor makanan yang enakpun menjadi tidak enak.
          Modal yang kedua adalah keramahan, sikap yang ramah ini akan membuat pelanggan untuk datang lagi. Kebersihan dan keramahan akan membuat orang yang datang akan tidak ragu lagi akan datang lagi. Modal yang ketiga adalah rasa. Rasa selera masing- masing orang berbeda, bu Atun dalam membuat makanan mempertahankan cita rasa agar pelanggannya tidak pergi.
D.  Pengembangan Usaha
          Warung kadipiro yang awalnya hanya berawal dari beternak ayam sekarang ini telah mempunyai cabang. Cabang ini di kelola oleh adik bu Atun yang bernama pak wandi. Di cabang inipun juga tidak kalah ramainya seperti warung bu Atun. Selain itu pengembangan usaha yang lain yaitu pak sono membeli sebidang sawah yang luasnya 2 hektar. Sawah ini tidak dikelola oleh pak Sono, tetapi pak Sono menyuruh orang lain untuk mengerjakan sawahnya. Kesibukan pak sono di kantor dan kesibukannya di warung membuat pak sono tidak mempunyai cukup waktu untukmengerjakan sawah itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Meninggalkan Pesan