Pada dasarnya, tugas utama seorang guru matematika adalah membantu
siswanya mendapatkan informasi, ide-ide, keterampilan-keterampilan, nilai-nilai,
dan cara-cara berpikir serta cara-cara mengemukakan pendapat. Namun
tugas yang paling utama dari para guru matematika di SD adalah
membimbing para siswa tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya serta
bagaimana belajar memecahkan masalah sehingga hal-hal tersebut dapat
digunakan di masa depan mereka, di saat mereka sudah meninggalkan
bangku sekolah lalu terjun ke lapangan-lapangan kerja yang sesuai,
sebagaimana dinyatakan Joyce Dkk (1992:1) berikut:
" … the most important long-term outcome of instruction may be the
students' increased capabilities to learn more easily and effectively in
the future, both because of the knowledge and skill they have
acquired and because they have mastered learning process."
Sekali lagi, pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah yang sudah
kita lakukan selama proses pembelajaran di kelas telah sesuai dengan yang
dibutuhkan mereka? Karena tujuan jangka panjang pembelajaran matematika
adalah untuk meningkatkan kemampuan para siswa agar mereka mampu
mengembangkan diri mereka sendiri dan mampu memecahkan masalah yang
muncul, untuk itu, di samping dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
matematis, mereka sudah seharusnya dibekali juga dengan kemampuan untuk
belajar mandiri dan belajar memecahkan masalah.
Sejalan dengan munculnya teori belajar terbaru yang dikenal dengan
konstruktivisme, menguatnya isu demokratisasi pendidikan, semakin canggihnya
teknologi informasi dan komunikasi, semakin dibutuhkannya kemampuanmemecahkan masalah dan berinvestigasi, dan semakin banyak dan cepatnya
penemuan teori-teori baru, maka pendekatan seperti Pendidikan Matematika
Realistik (Realistic Mathematics Education), Pembelajaran Berbasis Pemecahan
Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning), serta Pendekatan Pembelajaran Matematika Kontekstual
(Contextual Teaching & Learning) merupakan pendekatan-pendekatan yang
sangat dianjurkan para pakar untuk digunakan selama proses pembelajaran di
kelas-kelas di Indonesia.
Dengan strategi pembelajaran baru ini, diharapkan adanya perubahan
dari:
1. Mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir
(thinking) dan pemahaman (understanding)
2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning, inductive learning, atau
inquiry learning.
3. Belajar individual ke kooperatif.
4. Positivist (behaviorist) ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan
paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari
otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif,
investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling,
ataupun pemecahan masalah.
5. Subject centred ke clearer centred (terkonstruksinya pengetahuan siswa).
Karena itulah pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan
adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa
pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri
(dikonstruksi) oleh siswa.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.