Daftar Menu


video pembelajaran

Kamis, 20 November 2008

Quantum Teaching

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan disajikan tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berfikir untuk mengajukan hipotesis. Tinjauan pustaka akan membahas hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dengan fokus-fokus penelitian yang dilakukan. Kajian teori akan menguraikan pengertian sampai indikator-indikator untuk mencari jawaban, dan hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan di uji kebenarannya melalui analisis data.

A. Tinjauan Pustaka

Nur Farida Septiningsih (2005) melalui penelitiannya pada siswa kelas II semester I MTs N Gemolong dalam “Eksperimentasi Metode Quantum Teaching dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bentuk Cerita Pokok Bahasan Bangun Datar dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa” menyimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dan pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan Quantum Teaching lebih meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal Matematika bentuk cerita yang melibatkan bangun datar pada siswa kelas II A MTs N Gemolong.

Trifani Wiji Lestari (2006) menyimpulkan bahwa dalam “Efektifitas Penilaian Berbasis Portofolio Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMP pada Pelajaran Matematika” yaitu:

1. Pembelajaran dengan menggunakan portofolio meningkatkan motivasi siswa secara berarti.

2. Pembelajaran yang biasa menggunakan ceramah berubah menjadi pembelajaran dengan metode portofolio yang mengharuskan siswa berinteraksi dengan siswa lain.

Naneng Setyaningsih (2006) dalam “Upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Pendekatan Tandur” menyimpulkan bahwa:

1. Pemberian tindakan-tindakan pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan minat belajar siswa.

2. Kendala-kendala guru Matematika kelas II B selama melakukan pembenahan pembelajaran:

a. Adanya pemusatan perhatian setiap individu menyebabkan waktu belajar tidak efektif.

b. Penyampaian materi tidak sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan.

c. Terbatasnya alat peraga yang dimiliki sekolah.

Dari beberapa materi tersebut disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan diatas mendukung penelitian ini. Perbedaannya adalah penelitian ini lebih menekankan pada upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui Quantum Teaching.

Tabel Persamaan dan Perbedaan Peneliti

Nama

Variabel-variabel penelitian

Pening

katan

Eksperi

mentasi

Efekti

vitas

Moti

vasi

Minat

Prestasi

Pendekatan

Tandur

Quantum teaching

Nur Farida S

(2005)


V




V


V

Trifani Wiji L

(2006)

V


V

V





Naneng S

(2006)

V




V


V


Peneliti

(2008)

V



V




V

B. Tinjauan Teori

1. Pembelajaran Matematika yang Efektif

Proses pembelajaran adalah fenomena yang sangat kompleks, pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana pembelajaran penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki pembelajar. Lozanov (Deporter, dkk, 2006:3) menyatakan segala sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan belajar presentasi dan rancangan pelajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, efektifitas pembelajaran yang disetujui semua orang bukanlah sesuatu yang sedehana. Dalam prakteknya pembelajaran efektif adalah apa saja yang dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Maka pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan seimbang.

Pembelajaran yang efektif akan terjadi apabila hubungan antara guru dan siswa baik. Bila guru membangun hubungan yang baik, maka guru tidak perlu berganti dari satu peran ke peran yang lain. Sebaliknya apabila hubungan guru dan siswa tidak baik, teknik mengajar yang bagaimanapun baiknya tidak akan ada gunanya.

Dalam hubungan baik ini, Quantum Teaching memberi saran-saran sebagai berikut :

a. Perlakukan manusia sebagai manusia sederajat.

b. Ketahuilah apa yang disukai oleh siswa, cara berpikir siswa mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya.

c. Bayangkan apa yang siswa katakan kepada dirinya sendiri.

d. Ketahuilah apa yang menghambat siswa untuk memperoleh sesuatu yang benar-benar siswa inginkan.

e. Berbicara dengan jujur kepada siswa dengan cara membuat siswa mendengarkan dengan jelas dan halus.

f. Bersenang-senanglah bersama siswa.

(DePorter,dkk, 2006:26)

Untuk menarik keterlibatan siswa dalam pembelajaran guru harus membangun hubungan yang baik, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan baik akan membuat jembatan menuju kehidupan yang bergairah bagi siswa. Membina hubungan baik akan memudahkan bagi guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus dan meningkatkan kegembiraan. (Deporter dan Hernacki, 1999:48).

Menurut Uzer Usman (1996:16-28), dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif setidaknya ada 5 jenis variabel yang menentukan keberhasilah belajar siswa, yaitu: a) Melibatkan siswa secara aktif, b) Menarik minat dan perhatian siswa, c) Membangkitkan motivasi aktif, d) Prinsip individualitas, dan e) Peragaan dalam pembelajaran.

Belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan bebagai kegiatan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan belajar mengajar harus bertumpu pada kegiatan yang memberi kemungkinan kepada siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif atau dapat mencapai hasil yang efektif atau dapat mencapai yang sesuai tujuan.

Para ahli psikologi berkesimpulan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Persiapan pra-belajar harus benar-benar kepada siswa.

b. Memahami perbedaan tiap individu.

c. Memperhatikan kondisi belajar yang baik.

d. Mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif.

e. Prestasi belajar.

f. Menyajikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam banyak situasi.

g. Memberitahukan hasil belajar pada siswa.

h. Guru mempunyai kecakapan dalam menyajikan materi.

i. Guru memberikan contoh sikap yang santun.

(Martinis Yamin, 2006:120-122).

Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu memahami materi pelajaran Matematika, perlu strategi belajar mengajar yang tepat antara lain dengan menggunakan pendekatan, teknik dan metode mengajar yang tepat. Metode belajar mengajar dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan.

Strategi pembelajaran yang dipillih oleh guru harus memperlakukan siswa sebaai pribadi yang memiliki keunikan sendiri. Guru harus menghindari memperlakukan siswa semaunya sebagai obyek yang tidak memiliki keunikan. Ini berarti bahwa dengan strategi pembelajaran, guru dalam pembelajarannya harus menghargai siswa sebagai pribadi yan memiliki ide, sikap, kebutuhan, cita-cita dan kemampuan.

Guru dalam perannya sebagai fasilitator harus menciptakan iklim belajar yang mendorong siswa untuk belajar. Guru juga harus terus menerus memperhatikan dan mendengarkan siswa, menginterprestasikan untuk memahami pemikiran siswa.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan belajar, baik dalam arti efek pembelajaran (pengetahuan dan ketrampilan) maupun efek pengiring (kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima pendapat orang lain). Selain itu, strategi pembelajaran ada baiknya menekankan penghargaan pada siswa yang dapat mengambil tanggung jawab perkembangan dirinya sendiri.

2. Motivasi Siswa dalam Belajar Matematika

Uzer Usman (1996:224) menyatakan bahwa motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.

Motif adalah daya penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka itu (Sardiman A.M, 1996:75).

Menurut Mudjiono dan Dimyati (1995:85) motivasi belajar dapat berperan untuk:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar dan hasil belajar.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha mengajar belajar.

c. Mengarahkan kegiatan belajar.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.

Beberapa ahli psikologi mengungkapkan bahwa motivasi seseorang dapat muncul dari dua sumber yaitu dari dalam diri dan dari luar diri siswa. Oemar Hamalik (2003:162) menyatakan bahwa motivasi itu meliputi motivasi intrinsik dan entrinsik.

Dalam kegiatan belajar, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri seperti keinginan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian pengembangan sikap. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, hukuman dan sebagainya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan dalam belajar.

Kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari lingkungan sekitarnya, sehingga kadang-kadang selain dorongan alamiah, seseorang juga melakukan sesuatu karena tuntutan lingkungan. Demikian pula dengan siswa yang mengikuti pelajaran Matematika. Siswa-siswa tersebut mempunyai latar belakang dan lingkungan yang berbeda-beda sehingga sangat wajar apabila tingkatan atau jenis sikap mereka terhadap Matematika pun berbeda-beda. Dengan demikian, kondisi tersebut harus dipelihara agar selalu dalam keadaan baik dan sejalan tujuan pendidikan.

Tingkat motivasi siswa yang berbeda-beda tersebut tidak mudah diketahui. Adapun ciri-ciri orang yang bermotivasi dapat dilihat dari :

a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus –menerus dalam waktu yang lama, tiada henti sebelum selesai).

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Tidak memerlukan dorongan orang lain.

d. Ingin mendalami lebih jauh materi yan dipelajari.

e. Selalu berusaha berprestasi.

f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah.

g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat dan tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

h. Dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya.

i. Senang mencari soal dan memecahkan masalah.

Menurut Abd. Rocham Abror (1993: 121) para ahli jiwa, ahli pendidikan dan para majener, semua tidak meragukan arti pentingnya motivasi dalam berbagai bidang pendidikan, namun belakangan ini khususnya dalam bidang pendidikan banyak permasalahan tentang ”Krisis Motivasi Belajar”.

Berdasarkan pengalaman yang bergerak langsung dalam pendidikan mulai meragukan apakah para siswa masih bermotivasi belajar, lebih-lebih motivasi intrinsik. Gejalanya antara lain berkurangnya perhatian siswa dalam proses belajar, mengajar, kelalaian dalam mengerjakan tugas, penandaan persiapan belajar untuk ulangan atau ujian, belajar kalau akan menghadapi ujian, anggapan yang umum dikalangan siswa ”ujian asal lulus” dan sebagainya.

Tegasnya berkurangnya apa yang di dalam ilmu jiwa diistilahkan dengan ”Achievement Motivation ” yaitu daya penggerak pada diri siswa untuk mencapai prestasi belajar yang setinggi-tingginya untuk menghadapi krisis motivasi belajar Winkel dalam Abd. Rochman Abror (1993: 121-122) menyarankan kepada guru agar berusaha:

a. Menjelaskan kepada siswa mengapa suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan apa kegunaannya dalam kehidupan sosial

b. Mengaitkan mata pelajaran dengan pengalaman siswa bila mungkin

c. Menunjukkan antusiasme dalam mengajarkan bidang studi yang dipegang dan menggunakan prosedur mengajar yang sesuai

d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin

e. Menciptakan dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk menghindari kegagalan. Ini berarti ada siswa yang pelru ditantang dan ada yang perlu dituntun dan didampingi

f. Memberitahukan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin dan mengembalikan kepada yang bersangkutan

g. Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler guna meningkatkan hubungan kemanusiaan dengan siswa

h. Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) yang sehat

i. Menggunakan insentif, baik berupa materi maupun non materi secara wajar, demikian pula menggunakan hukuman dan teguran secara bijaksana

3. Kendala dalam Pembelajaran Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:447), kendala memiliki arti faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat kendala atau hambatan dalam mempelajari materi ajar, akan timbulah motif untuk mengatasi kendala tersebut. Apabila kendala tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah dicapai maka siswa akan masuk pada tujuan baru, demikian seterusnya.

Kendala dalam pembelajaran Matematika merupakan rintangan atau hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses belajar matematika. Menurut Slameto (2003: 54-72) kendala dalam pembelajaran berasal dari berbagai faktor, meliputi:

a. Faktor –Faktor Intern

1) Faktor Jasmaniah yaitu: a) Faktor Kesehatan, dan b) Cacat tubuh

2) Faktor Psikologis yaitu: a) Intelegensi, b) Perhatian, c) Minat, d) Bakat, e) Kematangan, dan f) Kesiapan

3) Faktor Kelelahan yaitu: a) Kelelahan Jasmani, dan b) Kelelahan Rohani

b. Faktor-Faktor Ekstern

1) Faktor Keluarga yaitu: a) Cara orang tua mendidik, b) Relasi antar anggota keluarga, c) Suasana rumah, d) Keadaan ekonomi keluarga, e) Pengertian orang tua, dan f) Latar belakang kebudayaan

2) Faktor Sekolah yaitu: a) Metode mengajar, b) Kurikulum, c) Relasi guru dengan siswa, d) Relasi siswa dengan siswa, e) Disiplin sekolah, f) Metode Belajar, dan g) Tugas rumah

3) Faktor Masyarakat yaitu: a) Kegiatan siswa dalam masyarakat, b) Teman bergaul, c) Bentuk kehidupan masyarakat

Dari uraian diatas, kendala dalam pembelajaran Matematika merupakan hambatan maupun rintangan dalam pencapaian tujuan belajar yang dihadapi dalam proses belajar Matematika. Kendala itu meliputi masalah-masalah yang berasal dari berbagai faktor, yang mana akan timbul suatu motif intuk mengatasi masalah tersebut.

4. Pembelajaran Matematika melalui Quantum Teaching

Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rantangan penyajian dan fasilitas Super Camp. Quantum Teaching menawarkan suatu cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajar melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Metode ini mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar dengan efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sehingga Quantum Teaching adalah pembelajaran yang mengubah energi (tenaga guru dan siswa) menjadi cahaya (perubahan-perubahan yang positif pada siswa). Interaksi-intersaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mepengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.

Bobby DePorter,dkk (2006) menyatakan bahwa segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kuriklum dan setiap metode intruksional dibangun diatas prinsip : Bawalah Dunia Mereka ke Dalam Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksudnya adalah bahwa prinsip tersebut mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid. Sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik memasuki dunia murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengijinkan untuk mengajar atau melatih hanya berarti bahwa memiliki wewenang untuk mengajar.

Masuki dulu dunia mereka karena tindakan ini akan memberi izin untuk memimpin dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya adalah dengan mengaitkan yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah social, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, kita membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi pemahaman mengenai isi dunia itu.

Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap, prinsip itu adalah :

a. Segalanya Berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh Anda, dari kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran Anda, semuannnnya mengirim pesan tentang belajar.

b. Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan semaunya

c. Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

d. Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkahkan keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan !

Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

(Bobby DePorter, 2006:7-8)

Quantum Teaching mempunyai kerangka rancangan belajar yang lebih dikenal sebagai TANDUR. Makna dari TANDUR adalah sebagai berikut :

a. TUMBUHKAN

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Membuat siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan yaitu dengan menyampaikan tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. ALAMI

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Caranya dengan membawa materi ke dalam pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi.

c. NAMAI

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”. Setiap apa yang sudah ditemukan dalam kerja kelompok, diberi nama dengan menggunakan kata kunci yang mudah dimengerti.

d. DEMONSTRASIKAN

Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan hasil kerja mereka.

e. ULANGI

Tunjukkan pelajar cara-cara mengulangi materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang kembali apa yang telah ditemukan dalam kerja kelompok dan siswa mencatat kesimpulan-kesimpulan yang berupa pengertian dan rumus dalam buku masing-masing sebagai pengayaan sebelum mengerjakan soal.

f. RAYAKAN

Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Dapat berupa tepuk tangan atau menjentikkan jari.

(Bobby DePorter, dkk, 2006:10)

Dapat ditarik kesimpulan manfaat metode pembelajaran Quantum Teaching:

1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan sikap, dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis

2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki siswa

3. Siswa tidak hanya sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutur kata sebaya bagi siswa lainnya

4. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan dimasyarakat

Contoh kerangka pengajaran Quantum Teaching pokok bahasan Persegi Panjang :

1. Tumbuhkan

Berapa banyak dari kalian yang belum tahu kardus? Tahukah kalian jika sebuah kardus berbentuk persegi panjang? Dan dari sebuah kardus dapat kita ketahui bagian-bagian dari persegi panjang.

2. Alami

Guru menunjukkan gambar sebuah kardus (gambar (1)) kemudian memotong gambar kardus itu menjadi beberapa bagian dan bertanya “Apakah kardus ini bisa disebut sebuah kardus bila salah satu potongan diambil?” Seperti yang kalian ketahui, sebuah kardus adalah kardus yang mempunyai bagian-bagian yang masih utuh.








Gambar 1

3. Namai

Percaya atau tidak, kardus ini mirip sebuah persegi panjang dengan bagian-bagiannya. Dan dari sebuah kue tadi kita namai tiap-tiap bagiannya.

Misal:

Perhatikan gambar di samping adalah gambar persegi panjang ABCD dengan sisi AB sama panjang dan sejajar dengan DC, sisi AD sama panjang dan sejajar dengan BC, Ð A = Ð B = Ð C = Ð D = 90o.

Sisi AB dan DC disebut panjang, sisi AD dan BC disebut lebar sedangkan AC dan DB adalah diagonal. Diagonal adalah garis yang ditarik dari satu titik sudut ke titik sudut lain yang saling berhadapan.

Jadi persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, dan keempat sudutnya siku-siku.

4. Demonstrasikan

Guru membagikan sebuah gambar kardus ke setiap siswa, menyuruh memotong kardus itu menjadi 20 bagian. Dari potongan-potongan tersebut dapat dicari keliling dan luas persegi panjang. Setiap pasangan siswa mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan hasil kerja mereka.

Keliling dan luas persegi panjang dapat diperoleh dengan cara:

a. Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh panjang sisinya. Dari potongan-potongan tadi bisa diketahui berapa panjang (p) dan lebarnya (l). sehingga keliling persegi panjang = p + l + p + l dan dapat ditulis sebagai

K = 2 p + 2 l = 2 (p + l)

Gambar 3

b. Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Berdasarkan (gambar 3), maka luas persegi panjang = panjang x lebar = p x l dan dapat ditulis L = p x l

5. Ulangi

Siswa menggambarkan bagian-bagian kardus mereka dalam buku catatan. Sebelum menyelesaikan soal-soal setiap siswa menulis kembali rumus keliling dan luas persegi panjang dalam buku catatan mereka.

6. Rayakan

Saling memuji antar pasangan. Guru memuji hasil kerja tiap pasangan dengan memberikan tepuk tangan/ kata pujian.


C. Kerangka Berpikir

Pengajaran merupakan suatu kegiatan yang bersifat sadar, bertujuan dengan sistematis dan terarah pada terjadinya proses pembelajaran. Di dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subyek belajar, sedangkan guru sebagai pengajar harus mampu menguasai materi matematika yang diajarkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah penggunaan strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika dan untuk mengetahui usaha mengatasinya. Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilakukan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan terdahulu.

Berdasarkan permasalahan ini motivasi belajar siswa yang dibatasi pada perasaan senang, perhatian, konsentrasi kesadaran dan kemauan pada pembelajaran matematika ditingkatkan terus menerus dengan mengadakan evaluasi dan penyelesaian dalam hal pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dituangkan dalam bagan sebagai berikut:




D. Hipotesis Tindakan

Dari refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Pembelajaran Matematika dengan Quantum Teaching dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”.

Tidak ada komentar: