Daftar Menu


video pembelajaran

Kamis, 22 Mei 2008

Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

Meskipun belajar dan mengajar merupakan dua proses yang berdiri sendiri. Kedua-keduanya saling berkaitan. Guru memberikan fasilitas belajar dan siswa mempergunakan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kurikulum.
Jika seorang guru harus memberikan fasilitas belajar mengajar kepada siswa-siswanya. Guru tersebut harus berusaha belajar untuk memahami variable- variable yang essensial yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Tugas yang demikian tersebut sangat berat oleh sebab itu perlu adanya “kurikulum sebagai pengembangan bahan ajar”. Kemampuan mengajar seorang guru tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh baik dari pengalaman praktis maupun pengalaman teori. Pengalaman praktis dan teori ini saling memberikan stimulasi paling tidak seorang guru harus mengetahui apa yang akan dia ajarkan sebelum proses belajar mengajar.
Adanya macam-macam komponen yang akan masing-masing kompleks dan dapat mengandung macam tafsiran yang mungkin bertentangan membuka macam-macam alternative. Pengembangan kurikulum senantiasa dihadapkan pada macam-macam kemungkinan atau alternative dan ia harus memilih dan mengambil keputusan. Karena banyak pilihan maka dikatakan bahwa “curriculum is a matter of choice”. Kurikulum adalah soal pilihan, soal apa yang dipilih dan sering pula soal siapa yang memilih. Tidak jarang yang sering menentukan pilihan ini adalah orang atau golongan yang berkuasa. Kurikulum sering atau biasanya menjadi alat politik, dalam tangan pemerintah atau golongan yang mempengaruhi pemerintah.

A. Latar Belakang Masalah
Program pembelajaran disekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah atau kurikulum yang disahkan oleh yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan. Isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa. Hal ini berarti bahwa program pembelajaran di sekolah sesuai dengan system pendidikan nasional.
Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Kemajuan masyarakat didasarkan suatu rencana pembengunan lima tahunan yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya menimbulkan kurikulum sekolah perlu direkontruksi. Adanya rekontruksi tersebut menimbulkan kurikulum baru. Demikian seri perubahan kurikulum yang terkait dengan pembangunan masyarakat.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan beberapa masalah antara lain :
Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah.
Isi pendidikan berubah
Kegiatan Belajar mengajar berubah.
Evaluasi berubah
Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan diri dari kebiasaan pembelajaran yang “lama”. Bagi siswa, ia perlu mempelajari cara-cara belajar yang baru, dalam hal ini siswa harus menghindarkan diri dari cara belajar “lama”. Bagi petugas pendidikan juga perlu mempelajari tata kerja pada kurikulum baru, dan menghindari kebiasaan kerja pada kurikulum “lama”. Bagi orang tua siswa, ia harus mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, peran orang tua siswa dalam belajar pada kurikulum baru. Orang tua siswa perlu memahami adanya metode dan teknik belajar “baru” bagi anak-anaknya. Dengan memahami dan mempelajari teknik belajar yang baru maka ia dapat membantu proses belajar anaknya secara baik.

B. Tujuan Pembuatan Makalah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka terdapat masalah-masalah yang akan timbul, misalnya :
Kemampuan guru menggunakan teknik pembelajaran sesuai kurikulum bahan ajar?
Kesesuaian kurikulum dengan tujuan kurikulum?
Proses interaksi antara guru dan peserta didik?

BAB II
ISI


A. Pengertian Kurikulum.
Kata kurikulum barasal dari bahasa Latin “curiculum” semula berarti “a running cource” dan terdapat pula dalam bahasa Perancis “courier” artinya “to run, berlari”. Dapat juga diartikan sebagai jalur pacu.
Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah. Seperti kita ketahui bersama, kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan formal. Beleh dikata, tidak ada pendidikan formal tanpa ada kurikulum. Pada pendidikan formal terdapat jenjang-jenjang pendidikan yang selalu berakhir dengan ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).
Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata pelajaran/ bidang study dan isi pelajaran harus diselesaikan siswa. Selain itu, jika ada orang yang bertanya : Apa kurikulumnya? Seringkali dijawab bahwa kurikulumnya adalah PMP, Bahasa Indonesia, dan yang lainnya. Jawaban bahwa kurikulum terdiri dari berbagai mata pelajaran sudah sejak lama ada, bahkan sampai sekarang masih sering terbaca ataupun terdengar. Schubert (1986) mengemukakan bahwa penyebutan kurikulum yang demikian sama halnya menyamakan kurikulum dengan mata pelajaran (Sumantri, 1988:2). Lebih jauh orang sering menyebut bahwa isi dari pelajaran tertentu dalam program dikatakan sebagai kurikulum(Zais, 1976:7).
Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran. Winecoff (1988:1) mengemukakan : “The curriculum is generally defined as a plan developed to facilitate the teaching/learning process under the direction and guidance of a school, college or university and its staff members.”. definisi kurikulum seperti dikemukakan Winecoff tersebut, secara jelas menunjukan kepada kita bahwa kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana yang dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/ belajar di dalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para anggota stafnya. Alexander dan Saylor (1974 dalam Bondi dan Wiles, 1989:7) mengungkapkan pula bahwa kurikulum sebagai satu rancangan untuk menyediakan seperangkat kesempatan belajar agar mencapai tujuan. Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran sudah selayaknya mencakup komponen kegiatan pembelajaran, namun demikian komponen-komponen kegiatan pembelajaran dirancang dalam kurikulum masih bersifat umum dan luwes untuk dikaji lanjut oleh guru.
Kurikulum sebagai pengembangan proses kognitif. Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, khususnya kemampuannya berfikir agar dapat memecahkan segala masalah yang dihadapinya. Yang diutamakan ialah produknya. Yang harus dipentingkan ialah peningkatan cara ia berfikir, bagaimana berfikir “the how”.bukan apa “the what” yang difikirkan. Apa yang difikirkan biar di lupakan, asal kemampuan berfikir tetap dimiliki. Untuk itu anak-anak perlu mendapat latihan dalam proses berfikir untuk mencapai otonomi intelektual yang memberikan kemempuan kepadanya untuk berfikir secara mandiri tentang berbagia masalah baru yang belum pernah dipelajari disekolah. Orang yang terampil dalam proses berfikir akan sanggup menghadapi masa depan yang serba kompleks dan penuh rahasia yang pada saat ini sukar diramalkan.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat (Dekdibud, 1986:1). Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan kurikulum. Landasan-landasan tersebut antara lain :
a. Landasan filosofis
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (dalam arti luasnya) (Raka Joni, 1983:6). Landasan filosofis pengembangan kurikulum adalah hakekat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakekat pikiran yang ada dalam masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari suatu sistem pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis pengembangan kurikulum dari suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang lain.

b. Landasan Sosial-Budaya-agama
Realitas sosial-budaya-agama yang ada dalam masyarakat merupakan bahan kajian pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum. Nilai sosial-budaya masyarakat bersumber pada hasil karya akal budi manusia sehingga dalam menerima , menyebarluaskan, melestarikan / melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Oleh karena itu sosial budaya bersifat sementara bila dibandingkan dengan nilai agama karena nilai agama berhubungan erat dengan kepercayaan. Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluaskan, pelestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama. Maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.

c. Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa) menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat (Raka Joni, 1983:25).ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada fikiran atau logika , sedangkan seni bersumber pada perasaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni maka kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks).

d. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Adanya falsafah hidup, perubahan sosial-budaya-agama, perubahan ipteks dalam suatu masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Selain itu, kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat modern dengan masyarakat pedesaan yang sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Disisi lain kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada ketrampilan dasar saja tidak akan memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Dari uraian sebelumnya, jelaslah disini bahwa salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan.

e. Landasan Perkembangan Masyarakat
Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat lambat, tetapi masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana Sy. Sukmadinata, 1988:66). Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Untuk menciptakan proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.

C. Komponen Kurikulum
Sebelum melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum, seorang pengembang terlebih dahulu mengenalkomponen atau elemen atau unsur kurikulum. Seperti yang dikemukakan Tyler (1950 dalam Taba, 1962 :422) bahwa “ its important as a part of comprehensive theory or organization to indicate just what kinds of elements will serve satisfactorily as organizing element. And in a given curriculum its important to identify the particular elements that shall be used”. Dari pernyataan tyler tadi tampak pentingnya mengenal komponen-koponen kurikulum. Komponen-komponentersebut antar lain :
1) Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum merupakan kekuatan-kekuatan fudamental yang peka sekali,karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya sangat mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberikan arah dan focus untuk seluruh program pendidikan (Zais, 1976:297). Lebih lanjut Zais (1976:307) mengklasifikasikan tujuan menjadi tiga yakni aims, goals, dan objectives. Yang ketiganya merupakan suatu hierarki vertikal. Hierarki vertikal tujuan kurikulum di Indonesia, paling tinggi adalah tujuan pendidikan nasional, kemudian tujuan kelembagaan, diikuti tujuan kurikuler, dan tujuan pengajaran.
2) Materi / Pengalaman Belajar
Hal ini merupakan fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan menyusun isi suapaya keinginan tujuan kurikulum dapat dicapai dengancara paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat disajikan secara efektif. Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajaran. Namun demikian tidak hanya isi/ bahan ajaran saja yang dipikirkan dalam kegiatan pengembangan kurikulum, lebih dari itu adalah pengalaman belajar yang mampu mendukung pencampaian tujuan secara lebih efektif.
3) Organisasi
Perbedaan antara belajar disekolah dengan belajar dalam kehidupan adalah dalam hal pengorganisasian secara formal di sekolah. Jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman belajar membutuhkan pegorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi tujuan-tujuan pendidikan (Taba, 1962:290). Materi dan pengalaman belajar dalam kurikulum diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan. Namun demikian, perlu kita sadari bahwa pengorganisasian kurikulummerupakan kegiatan yang sulit dan kompleks.
4) Evaluasi
Evaluasi mungkin merupakan aspek kegiatan pendidikan yang dipandang paling kecil. Evaluasi ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Lebih lanjut Zais (1976:378) mengemukakan evaluasi secara luas merupakan suatu usaha sangat besar yang kompleks yang mencoba menantang untuk mengkondifikasi proses salah satu dari istilah sekuensi atau komponen-konponen. Adapun peran evaluasi dalam kurikulum secara keseluruhan, baik evaluasi belajar siswa maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran, dapat digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum.

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Ada berbagai prinsip pengembangan kurikulum yang merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut. Pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang didalam kehidupan sehari-hari atau menciptakan prinsip-prinsip baru. Oleh sebab itu, mungkin terjadi suatu kurikulum menggunakan prinsip yang berbeda dengan kurikulum lain. Berbagai prinsip tersebut diantaranya yakni :
a. Prinsip relevansi
Apabila pengembangan kurikulum dengan memilih jabaran komponen-komponenkurikulum agar sesuai (relevan) dengan berbagai tuntutan, maka pada saat itu ia sedang menerapkan prinsip relevansi pengembangan kurikulum. Relevansi berarti sesuai antara komponen tujuan, isi/ pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Nana Sy Sukmadinata (1988:167-168) membedakan relevansi menjadi dua macam, yakni relevansi keluar maksudnya
b. Prinsip Kontinuitas
c. Prinsip flesibilitas

1 komentar: